Breaking

Friday, October 2, 2020

MEMAKNAI ISBAT DALAM KESUSASTRAAN JAWA

Isbat Masyarakat Jawa

Pada kesempatan ini mari kita belajar mengenai isbat, yaitu salah satu kazanah bahasa dan sastra Jawa yang berupa ungkapan. Isbat mirip dengan beberapa bentuk ungkapan lain dalam kazanah bahasa dan sastra Jawa, karena sebagian besar perkembangannya juga disampaikan secara lisan. Sifat lisan yang dimiliki oleh perkembangan ungkapan adalah disampaikan melalui tuturan dari mulut ke mulut, bahkan bisa melintasi batasan generasi dan membentu suatu tradisi dan budaya.

 

PENGERTIAN ISBAT

Isbat berasal dari bahasa Arab yang artinya ibarat. Bentuk isbat mirip dengan saloka (ragam basa rinengga), namun mengandung ilmu gaib dan nasehat mengenai kesempurnaan kehidupan (kasampurnaning urip atau sangkan paraning dumadi). Ungkapan isbat berbentuk pepindhan (pengumpamaan) yang merupakan ajaran kehidupan (ngelmu tuwa). Maka jika ada maknawi diisbatake (diisbatkan) artinya diibaratkan.

 

CONTOH ISBAT

Berikut ini contoh isbat yang bisa kita pelajari secara bersama-sama.

 

Kodhok Ngemuli Lenge

Kodhok ngemuli lenge arti secara bahasa adalah katak menyelimuti lubangnya, namun secara maknawi ungkapan itu memiliki makna sebagai berikut.

  • Kodhok mengumpamakan sebuah jiwa atau sukma dari seorang manusia.
  • Leng adalah pengumpamaan dari sebuah raga atau badan manusia.
  • Ngemuli merupakan pengumpaan dari sebuah tindakan menjaga, merawat, atau memelihara.

Jiwa manusia itu harus bisa menjaga raganya supaya bisa berlaku baik sesuai aturan norma dan hukum yang berlaku, sehingga pada akhir kehidupan manusia itu bisa meninggalkan dunia dengan damai (kasampurnaning pati).

Manusia hidup di dunia ini bisa jadi sebaliknya, karena menuruti hawa nafsu sehingga hidupnya akan berorientasi pada kehidupan dunia atau kebutuhan raga. Beberapa hal yang berkaitan dengan orientasi keduniawian pada hirup manusia.

  • Kagodha endahing donya (tergoda indahnya dunia).
  • Kelu marang nimating pangan (hanyut dalam kenikmatan makanan).
  • Mblereng marang gebyaring salaka rukmi (silau pada keindahan perhiasan murni).

 

Ngangsu Apikulan Warih

Ngangsu apikulan warih secara bahasa terdiri dari tiga kata sebagai berikut.

  • Ngangsu artinya mencari air.
  • Apikulan adalah piranti atau alat untuk memikul.
  • Warih berarti air.

Ngangsu apikulan warih artinya mencari atau mengambil air menggunakan pikulan yang terbuat dari air. Pengertian secara maknawi ungkapan ngangsu apikulan warih adalah orang yang mencari ilmu khususnya ngelmu tuwa sudah seharusnya memiliki dasar terlebih dahulu. Beberapa dasar untuk mencari ilmu antara lain.

  • Wis sok ngengurangi (sudah terbiasa mengurangi orientasi duniawi menuju ke akhirat).
  • Sok prihatin (terbiasa hidup sederhana).
  • Sok nggegulang ngresiki ati (berupaya untuk menyucikan hati).

Ketika ungkapan ngangsu apikulan warih bila dihubungkan dengan kehidupan di sekolah  bisa diartikan sebagai berikut. Seorang siswa atau siswi yang akan mencari ilmu itu harus punya bekal atau dasar terlebih dahulu mengenai apa yang akan dipelajari di sekolah.

Misalnya:

  • Jika siswa atau siswi ingin belajar ilmu ukur ruang, berarti harus sudah memiliki kemampuan di bidang ilmu ukur bidang.
  • Jika siswa atau siswi ingin belajar Bahasa Jawa Kuna, berarti harus sudah memiliki kemampuan di bidang Bahasa Jawa Baru.

 

Amet Geni Adedamar

Pengertian secara bahasa ungkapan ini sebagai berikut.

  • Amet artinya mencari.
  • Geni adalah api.
  • Adedamar berarti pencahayaan.

Amet geni adedamar memunyai arti mencari api menggunakan pencahayaan. Api adalah sumber cahaya, namun mengapa mencarinya menggunakan pencahayaan? Ya, secara maknawi ungkapan amet geni adedamar ini sama dengan ngangsu apikulan warih.

 

Golekana Galihe Kangkung

Ungkapan golekana galihe kangkung terdiri atas tiga kata sebagai berikut.

  • Golekana artinya carilah.
  • Galihe adalah kambium.
  • Kangkung yaitu tumbuhan kangkung (salah satu sayuran).

Golekana galihe kangkung secara bahasa artinya carilah kambium tumbuhan kangkung. Kita mengetahui kalau tumbuhan kangkung itu pohonnya melompong, lalu bagaimana kita bisa menemukan kambiumnya?

Maka ungkapan golekana galihe kangkung secara maknawi bisa diartikan ketahuilah sukma atau jiwamu. Jiwa manusia itu memang bersifat abstrak atau tidak wujud, sehingga sudah tepat kalau diibaratkan sebuah kambium, sedangkan raga manusia diibaratkan dengan tumbuhan kangkung.

 

Apa Isine Bumbung Wungwang?

Ungkapan kali ini berupa kalimat tanya, yaitu apa isine bumbung wungwang? Arti secara bahasa ungkapan itu adalah apa isi pohon bambu yang kosong? Namun secara maknawi ungkapan ‘apa isine bumbung wungwang?’ ini adalah bumbung wungwang merupakan pengibaratkan raga manusia. Sekarang silakan dijawab apa isi dari badan atau tubuh manusia?

Mari kita menjawab secara bersama-sama supaya mencapai kesepakatan. Di dalam tubuh manusia adalah jiwa atau sukma. Jiwa manusia harus bisa mengendalikan raga manusia. Kita bisa memaknai jiwa manusia orientasinya pada kehidupan akhirat, sedangkan badan manusia berorientasi pada kehidupan duniawi.

 

Golekana Tepake Kuntul Nglayang

Golekana tepake kuntul nglayang arti secara bahasa adalah carilah bekal kaki kuntul (sejenis bangau) melayang. Ungkapan golekana tepake kuntul nglayang ini mengibaratkan burung kuntul itu adalah jiwa manusia. Maka arti secara maknawi isbat ini adalah supaya manusia itu bisa mencari kemana jiwa itu akan pergi, taitu berkaitan dengan ngelmu sangkan paraning dumadi dalam kazanah kesusastraan Jawa.

Berikut ini contoh isbat yang terkandung dalam tembang macapat.

 

Ana pandhita akarya wangsit

Mindha kombang angajap ing tawang

Susuh angin ngendi nggone

Lawan galihing kangkung

Wekasane langit jaladri

Isining wuluh wungwang

Lan gigiring punglu

Tapake kuntul anglayang

Manuk miber uluke ngungkuli langit

Kusuma njrah ing tawang

 

Ngambil banyu apikulan warih

Amet geni sarwi adedamar

Kodhok ngemuli elenge

Miwah kang banyu den kum

Myang dahana murub kabesmi

Bumi pinetak ingkang

Pawana katiyup

Tanggal pisan kapurnaman

Yen anemu senteg pisan anigasi

Kuda ngrap ing pandengan

 

Ana kayu amurwa sawiji

Wit buwana epang keblat papat

Agodhong mega rumembe

Apradapa kekuwung

Kembang lintang salaga langit

Semi andaru kilat

Woh surya lan tengsu

Asirat bun lawan udan

Apepucuk akasa bungkah pratiwi

Oyode bayu bajra

 

(Tembang Dhandhanggula Petikan Kidung)

 

Demikian pembahasan mengenai isbat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari selalu melestarikan bahasa dan sastra Jawa sebagai warisan leluhur bangsa. (*)

No comments:

Post a Comment