Breaking

Wednesday, September 16, 2020

YOGYASWARA: PENGERTIAN, CIRI-CIRI, DAN CONTOHNYA

Yogyaswara: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contohnya

Bahasa Jawa memiliki beberapa bentuk penyusunan kata sehingga menumbuhkan bentuk yang indah. Ya kita sering mengatakan itu dengan istilah basa rinengga.  Kita dulu belajar Bahasa Jawa mengenal banyak sekali jenis basa rinengga, salah satunya yaitu yogyaswara. Apa itu yogyaswara, apa ada hubungannya dengan Yogyakarta? Mari kita belajar bersama.

 

PENGERTIAN YOGYASWARA

Yogyaswara berasal dari dua kata yang dijadikan satu, yaitu yogya dan swara. Yogya artinya pantas atau bagus, sedangkan swara dalam bahasa Jawa disebut uni atau bunyi. Maka yogyaswara bisa diartikan bunyi yang indah.

 

CIRI-CIRI YOGYASWARA

Yogyaswara sebagai jenis basa rinengga dalam bahasa Jawa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Terdiri atas dua kata atau berbentuk kata ulang
  • Memiliki arti laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender
  • Kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/
  • Mirip dengan tembung dwilingga salin swara (kata ulang)

 

CONTOH YOGYASWARA

Berikut ini contoh kata yogyaswara.

  • Dewa-dewi artinya dewa untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan dewi untuk menyabut dewa perempuan.
  • Siswa-siswi artinya siswa untuk menyebut murid laki-laki sedangkan siswi untuk menyebut murid perempuan.
  • Raseksa-raseksi artinya raseksa untuk menyebut raksasa laki-laki sedangkan raseksi untuk menyebut raksasa perempuan.
  • Bathara-bathari artinya bathara untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan bathari untuk menyabut dewa perempuan.
  • Yaksa-yaksi artinya yaksa untuk menyebut raksasa laki-laki sedangkan yaksi untuk menyebut raksasa perempuan.
  • Mahasiswa-mahasiswi artinya mahasiswa untuk menyebut murid laki-laki di perguruan tinggi sedangkan siswi untuk menyebut murid perempuan di perguruan tinggi.
  • Pemudha-pemudhi artinya pemudha untuk menyebut anak muda laki-laki sedangkang pemudhi untuk menyebut anak muda perempuan.
  • Hapsara-hapsari artinya artinya hapsara untuk menyebut dewa laki-laki sedangkan hapsari untuk menyabut dewa perempuan.
  • Kedhana-kedhini artinya sebutan untuk anak pertama yang lahir laki-laki dan anak kedua lahir perempuan.

Berikut ini contoh penggunaan kata yogyaswara dalam sebuah kalimat.

  • Para pemudha-pemudhi Surabaya padha maju perang lumawan penjajah.
  • Mahasiswa-mahasiswi Unesa lagi nindakake KKN.
  • Candrane panganten kekarone kaya hapsara-hapsari kaswargan.
  • Putrane Pak Budi kae cacah loro lanang lan wadon mula diarani kedhana-kedhini.
  • Para yaksa-yaksi ing Praja Alengka padha mapagake prajurit wanara saka Guwa Kiskendha.

Kata yogyaswara mirip dengan kata ulang atau tembung dwilingga salin swara, namun berikut ini yang membedakan.

  • Yogyaswara merupakan bentuk pengulangan kata yaitu kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/ serta mengandung makna laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender.
  • Dwilingga salin swara merupakan bentuk pengulangan kata yang tidak harus kata pertama diakhiri huruf /a/ sedangkan kata kedua diakhiri huruf /i/ serta tidak mengandung makna laki-laki dan perempuan atau perbedaan gender.

Demikian pembahasan mengenai kata yogyaswara dan perbedaan dengan kata dwilingga salin swara, semoga bermanfaat. Mari melestarikan bahasa dan sastra Jawa! (*)

 

No comments:

Post a Comment