Breaking

Friday, June 12, 2020

KAWRUH KASAMPURNAN DALAM SERAT NAWARUCI

Bima Menemukan Jati Diri

SERAT NAWARUCI

Bagian I, mengenai perjalanan Bima ke Sumur Dorangga

Di kerajaan Gajahoya atau Astina, Prabu Duryudana sedang berdiskusi dengan Pandhita Drona untuk mencelakakan Bima. Setelah itu, Bima datang untuk menemui Pandhita Drona karena ingin diajari Ilmu Kasampurnan. Pandhita Drona menyanggupi permintaan Bima. Namun sebagai syarat untuk mendapatkan ilmu tersebut, Bima harus mencari Tirta Pawitra ke Sumur Dorangga. Di dalam Sumur Dorangga Bima hanya menemukan sepasang ular, dan setelah dibunuh ular tersebut berubah menjadi bidadara dan bidadari bernama Sarambada dan Harnadi.

 

Bagian II, mengenai perjalanan Bima ke Lapangan Andadawa

Bima kembali ke Gajahoya untuk menemui Pandhita Drona dan selanjutnya diberi perintah untuk mencari Tirta Pawitra ke Lapangan Andadawa. Sampai di Lapangan Andadawa, Bima tidak menemukan Tirta Pawitra tetapi menemukan raksasa yang bernama Indrabahu. Akhirnya terjadi peperangan antara Bima dan Indrabahu yang dimenangkan oleh Bima. Raksasa Indrabahu berubah wujud menjadi Bathara Indra dan Bima kembali lagi ke Astinapura.

 

Bagian IIi, mengenai perjalanan Bima ke Lawa Uddadi

Bima kembali menemui Pandhita Drona dan diberi petunjuk untuk pergi ke Lawa Uddadi. Sebelum berangkat ke Lawa Uddadi, Bima berpamitan kepada Dewi Kunti dan saudara yang lain. Bima akhirnya masuk ke Lawa Uddadi tanpa menggunakan perahu dan segala ilmu (Aji Pangawsya) karena itu merupakan larangan Pandhita Drona. Bima terombang-ambing di dalam Lawa Uddadi tanpa sadarkan diri dan baru teringat ketika sampai di sebuah pulau yang indah.

 

Bagian IV, mengenai Bima menerima ajaran dari Nawaruci

Bima berhasil bertemu dengan Nawaruci dan diberikan ilmu filsafat dengan berlandaskan Siwaistis, yaitu ilmu mengenai arti kehidupan manusia, tujuan hidup manusia, kegunaan semua bagian tubuh manusia dan hubungannya dengan kehidupan, berbagai jenis kematian, ilmu sangkan paraning dumadi, dan sebagainya. Selanjutnya Nawaruci meminta Bima memasuki tubuhnya dengan cara melalui telinga. Setelah memperoleh ilmu tersebut, Bima mendapatkan nama baru yaitu Awirota dan kembali mencari Tirta Pawitra atas petunjuk Nawaruci..

 

Bagian V, mengenai Bima memperoleh Tirta Pawitra

Bima pergi ke Barunapada yaitu tempat Sang Hyang Baruna, dan tempat para dewa lainnya seperti Brahmapada, Wisnupada, dan Indrapada. Setelah itu Bima menuju Amertajiwani sebagi tempat bertapa Siwamurti. Bima dengan bantuan Nawaruci berhasil mengalahkan Rajapanolah dan dapat masuk Siwamurti dan menemukan Tirta Kamandalu atau Tirta Pawitra.

 

Bagian VI, mengenai Bima kembali ke Gajahoya

Bima yang telah memperoleh Tirta Pawitra kembali lagi ke Gajahoya untuk memberikan Tirta Pawitra kepada Pandhita Drona, namun Pandhita Drona tidak percaya kalau air yang diberikan oleh Bima itu merupakan Tirta Pawitra. Pandhita Drona menghina Bima, namun terdengar oleh Nawaruci dan akhirnya Pandhita Drona dilempar ke Lawa Uddadi. Bima merasa kasihan dan menolong Pandhita Drona.

 

Bagian VII, mengenai Bima bertapa

Bima meninggalkan Hastinapura dan pergi ke Pertiwijati untuk bertapa dengan nama Angkusprana. Bima mengeningkan cipta dengan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Bima mendapatkan restu dari para dewa, termasuk Sang Hyang Pramesthi Guru dan Bathari Uma. Bima berdiskusi dengan para dewa mengenai kebaikan dan kedurjanaan dengan berdasarkan Slokagama.

 

Bagian VIII, Bima mendapat penghormatan dewa

Bima yang tidak tergoda oleh godaan dan berhasil meruwat para dewa, akhirnya mendapatkan penghormatan dari para dewa. Akhir cerita, Bima kembali ke Kerajaan Indraprastha dan diterima dengan baik oleh keluarga.



KAWRUH KASAMPURNAN DALAM SERAT NAWARUCI

Dalam Serat Nawaruci mengandung beberapa ajaran yang berhubungan dengan tema karya sastra ini, yaitu mengenai Kawruh Kasampurnan. Nawaruci atau Sang Hyang Acintya memberikan ajaran Kawruh Kasampurnan kepada Bima.

 

TEMA SERAT NAWARUCI

Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua itu merupakan dasar untuk mencari Kawruh Kasampurnan. Manusia hidup di dunis ini tidak boleh melupakan jasa orang tua, maka sudah sewajibnya kalau harus berbakti kepada orang tua. Ada paribasan dalam bahasa Jawa yaitu wong tuwa sakloron iku minangka Pangeran kang katon. Orang tua yang wajib kita hormati yaitu, orang tua di rumah sebagai jalan manusia terlahir di dunia, mertua yaitu orang tua ketika sudah menikah, dan guru sebagai orang tua ketika menuntut ilmu di sekolah.

Data yang diambil tersebut menunjukkan sikap bakti yang dilakukan oleh Bima. Sebagai seorang kesatria, Bima tidak melupakan orang-orang di sekitarnya yang berjasa kepadanya. Pertama, Bima berbakti kepada ibunya yaitu Dewi Kunti. Ketika Bima ingin ke Lawa Uddadi, dia pergi berpamitan kepada Dewi Kunti dan para Pandawa lainnya termasuk Prabu Yudhistira. Kedua, Bima mempunyai sikap bakti kepada guru yaitu Pandhita Drona. Ketika Pandhita Drona mendapatkan hukuman dari Nawaruci dengan dilempar ke lautan, hanya Bima yang bersedia menolong. Dia tidak memperpanjang hinaan yang dilontarkan oleh  Pandhita Drona.

 

Keteguhan Budi

Keteguhan dalam budi pekerti merupakan sikap wajib yang dimiliki oleh seorang satria. Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang bsatria wajib mengabdikan diri kepada negara. Seorang satria tidak boleh bersikap miyar-miyur atau ragu-ragu. Bebasan dalam bahasa Jawa, sikap ragu-ragu diungkapkan dengan esuk tempe sore dhele. Berdasarkan dengan pendirian yang teguh maka semua pekerjaan akan menjadi lebih mudah dilakukan. Orang yang mempunyai keteguhan budi tidak akan gampang tegoda oleh rayuan orang lain , terutama orang yang tidak bertanggung jawab.

Bima mempunyai tekad yang teguh ketika ingin mencari Kawruh Kasampurnan. Banyak sekali goda yang harus dihadapi olehnya, tidak menutup kemungkinan dari keluarga sendiri. Dewi Kunti sebagai seorang ibu sangat mengkhawatirkan keselamatan Bima yang akan masuk ke Lawa Uddadi. Seperti sewajarnya orang biasa, apabila masuk ke lautan tanpa alat dan sarana sudah bisa dipastikan akan mati. Melihat hal tersebut, tidak mengurangi keteguhan hatinya, dia melemparkan ibunya. Hal itu tidak menyurutkan keteguhan hatinya, walaupun harus menghindarkan diri dari ibunya dengan cara keras karena itu merupakan jalan terbaik yang harus diambil. Akhir cerita, Bima bisa memperoleh Kawruh Kasampurnan.

 

Kepercayaan Dasar Mencari Ilmu

Semua hal yang berkaitan dengan keinginan di dunia ini harus dilakukan dengan bantuan orang lain dan tidak ada yang bisa diraih dengan hanya mengandalkan diri sendiri. Hal yang bisa menjadi contoh yaitu, mencari ilmu. Seseorang yang mencari ilmu harus mempunyai seorang guru yang bisa membimbing dan menunjukkan kebenaran suatu ilmu. 

Tidak hanya berhenti di situ saja, ketika sudah mendapatkan guru yang harus dilakukan yaitu harus mematuhi semua aturan yang diberikan untuk memperoleh ilmu. Dasar penyampaian hal ini karena guru sebagai orang tua pasti sangat mengerti apa yang diinginkan oleh siswanya dan pasti menginginkan siswanya bisa lebih baik dari dirinya sendiri.

Bima mempercayai Pandhita Drona sebagai gurunya tanpa menaruh rasa curiga apapun. Hal itu terlihat dari data yang diambil. Ketika Bima mendapatkan petunjuk dari Pandhita Drona untuk mencari persyaratan pengajaran Ilmu Kasampurnan, maka Bima dengan sigap segera pergi dan tidak ada keragu-raguan. Padahal dalam beberapa karya sastra dan pertunjukan wayang, sikap Pandhita Drona adalah ingin mencelakakan Bima.

 

TOKOH DAN PENOKOHAN SERAT NAWARUCI

  • Tokoh dan penokohan juga termasuk dalam struktur cerita Serat Nawaruci. Beberapa tokoh yang ada dalam cerita yaitu seperti berikut.
  • Bima sebagai tokoh utama yang mempunyai sifat baik, seperti berbakti kepada orang tua, percaya kepadaa guru, serta mempunyai keteguhan hati dan budi.
  • Pandhita Drona merupakan guru Bima yang dikisahkan mempnuyai sifat buruk. Dia merupakan seorang guru yang mengabdikan diri kepada Prabu Duryudana untuk mendapatkan kedudukan dan harus menepati sifat-sifat seorang guru.
  • Prabu Duryudana, yaitu sulung dari Kurawa yang menduduki pimpinan kerajaan Astinapura dan mempunyai sifat dur-angkara.
  • Nawaruci sebagai tokoh yang melambangkan jati diri Bima yang telah memberikan Ilmu Kasampurnan dan letak Tirta Pawitra.
  • Para dewa yaitu Sang Hyang Pramesthi Guru, Bathari Uma, Bathara Indra, Bathara Brahma, Bathara Baruna, Sarambada, Hamadi, dan yang lainnya.

 

Bima Berbakti kepada Guru

LATAR SERAT NAWARUCI

Latar yang menonjol sebagai dasar penceritaan dalam Serat Nawaruci adalah latar tempat. Latar tempat yang ada di dalam Serat Nawaruci sebagai berikut.

Gajahoya atau Astinapura sebagai kerajaan Prabu Duryudana dan tempat Pandhita Drona mengabdikan diri.

Tempat-tempat yang dikunjungi Bima dalam mencari Tirta Pawitra, yaitu Sumur Dorangga, Lapangan Andadawa, Lawa Uddadi dan  Pulau Nusa Kambangan.

Kahyangan yang pernah dikunjungi Bima Barunapada sebagai kahyangan Bathara Baruna, Brahmapada sebagai kahyangan Bathara Brahma, Indrapada minangka kahyangane Bathara Indra, dan Wisnupada sebagai kahyangan Bathara Wisnu.

 

ALUT ATAU PLOT SERAT NAWARUCI

Alur yang ada di dalam Serat Nawaruci ini merupakan alur maju. Urutan alur dimulai dari peristiwa di Kerajaan Gajahoya ketika Bima menemui Pandhita Drona untuk meminta diajarkan Ilmu Kasampurnan. Alur selanjutnya diteruskan dengan Bima mencari Tirta Pawitra yang ke berbagai tempat sesuai dengan petunjuk Pandhita Drona, hingga akhirnya Bima bisa bertemu dengan Nawaruci di Lawa Uddadi dan menerima Ilmu Kasampurnan. Setelah mendapatkan Ilmu Kasampurnan, Bima melanjutkan pencarian Tirta Pawitra. Setelah peristiwa itu, Bima bertapa si Pertijaya dengan nama Angkusprana. Terakhir ketika tugas Bima selesai maka dia kembali ke Kerajaan Indraprastha. (*)

 

Keterangan: dikutip dari makalah Teori dan Penerapan Terhadap Periodisasi Sastra Jawa oleh Bangkit Irmanudin Bahri

No comments:

Post a Comment