Breaking

Tuesday, June 16, 2020

SOLUSI MENJADI FIGUR UNTUK ANAK

Diklat Parenting Menjadi Figur untuk Anak Komnasdik Jatim

Pada masa pandemi virus corona ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Komnas Pendidikan Jawa Timur mengadakan Diklat parenting dengan tema  “Menjadi Figur untuk Anak”. Diklat parenting adalah pendidikan dan pelatihan mengenai proses pembelajaran pengasuhan interaksi antara orang tua dan anak yang meliputi aktivitas memberi petunjuk, memberi makan, memberi pakaian, melindungi anak saat mereka tumbuh berkembang.

Pemateri yang dihadirkan dalam Diklat parenting ini antara lain:

  • Kunjung Wahyudi, S.T., M.Si. yang merupakan Ketua Komnasdik Provinsi Jatim.
  • Dra. Prihaningsih, M.Si. selaku Sekretaris Komnasdik Provinsi Jatim.
  • Bagus Tri Widiantoro, M.Pd.K sebagai Konsultan Perilaku MSU Indonesia.
  • Eka Ratnawati, S.Psi yaitu Duta Katahati Jatim.

 

MENJADI FIGUR UNTUK ANAK PART 1

Diklat parenting pada part pertama membahas masalah hubungan orang tua dan anak, guru dan siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai orang tua atau guru sebagai berikut:

  1. Menuruti kemauan anak
  2. Mendisiplinkan anak dalam kondisi pandemi Covid-19
  3. Menjaga perasaan hati anak

Waktu terbanyak yang dimiliki oleh anak adalah bersama dengan keluarganya adalah dalam kisaran 18 jam. Sebagai orang tua, sebaiknya tahu waktu bersama anak. Meskipun ada beberapa waktu yang dihabiskan anak bersama guru di sekolah atau bersama pengasuh, tetapi masih lebih banyak waktu bersama orang tua sendiri. Kadang, orang tua lupa kebersamaan dengan anak. Orang tua milenial lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget tanpa memperhatikan makna kebersamaan bersama anak.

Sebagai orang tua dalam kondisi pandemi Covid 19 seperti ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki keluarga. Anak akan lebih baik diajarkan memiliki karakter yang baik dengan kegiatan pembiasaan di rumah. Misalnya hal kecil yaitu masalah spiritual, berdoa sebelum melakukan kegiatan. Selain itu kegiatan membersihkan rumah juga merupakan latihan motorik untuk anak, seperti membantu mencuci piring dan sebagainya. Meskipun ini adalah aktivitas sepele, namun ini adalah proses pembentukan karakter yang baik dalam versi anak sebagai suatu permainan, namun berarti untuk jangka panjang yang telah tersimpan di memori anak.

Baca juga: Strategi Pembelajaran di Masa New Normal

Hal tersebut juga harus diikuti oleh kebiasaan orang tua sendiri. Jika orang tua melakukan kebiasaan baik, maka anak otomatis akan mencontohnya. Jangan banyak melarang hal-hal yang ingin dilakukan anak, hanya saja orang tua harus memperhatikan bahaya atau tidaknya dan mengondisikan kegiatan yang ingin dilakukan anak. Intinya, setiap hari anak harus bahagia.

Jangan sampai menyimpan kemarahan anak, masalah harus selesai dalam satu hari. Bermain bersama anak juga sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Jika jaman sekarang anak banyak dituntut untuk calistung, kemudian anak merasa bosan, maka ajaklah anak membaca gambar. Itu adalah teknik awalnya agar tidak mengganggu mental anak. Banyaklah mengajarkan strategi kehidupan dengan permainan, misal dengan puzzle, main catur, dan lain-lain sesuai usia anak. Maka suatu saat anak akan pandai melakukan strategi dalam memecahkan suatu permasalahan. Anak boleh bermain gadget agar tidak ketinggalan zaman, namun harus diperhatikan waktu penggunaannya dan butuh pendampingan.

Ada yang namanya pembagian generasi:

  1. Generasi baby boomers (1946-1960)
  2. Generasi X (1961-1980)
  3. Generasi Y (1981-1994)
  4. Generasi Z (1995-2009)
  5. Generasi alpha (2010-2025)

Pada perbedaan generasi tersebut ada banyak perbedaan pendidikan yang saling bertemu. Maka kita harus menyesuaikan model pendidikan apa yang baik diterapkan pada masing-masing generasi tersebut.

Jika ada permasalahan dengan suami atau istri di rumah, jangan sampai diperlihatkan di depan anak. Karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa depan. Anak akan menilai suatu figur orang tua. Anak pasti akan menyimpan figur tersebut dalam benaknya, baik atau buruk orang tuanya dan tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan meniru model yang dilihatnya. Oleh karena itu, perhatikan betul apa yang seharusnya tidak diperlihatkan kepada anak.


MENJADI FIGUR UNTUK ANAK PART 2

Mungkin beberapa pertanyaan ini muncul dibenak Anda ketika menghadapi anak-anak.

  • Bagaimana menciptakan rasa nyaman kepada anak ketika di rumah?
  • Bagaimana menciptakan suatu keterampilan di sekolah agar menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan?

Kurikulum yang dirancang tim di sekolah akan diterapkan di kelas kepada anak dan diaplikasikan dalam kehidupan anak. Maka guru harus melakukan aktivitas pembiasaan karakter dalam kegiatan pengaplikasian kurikulum tersebut. Dengan pembiasaan yang dapat menciptakan suasana gembira maka anak akan dapat menerima dengan baik pembiasaan tersebut dan akan menjadi karakter anak.

Dalam pengembangan strategi anak, maka harus dipilih metode yang beragam. Guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik. Selain itu guru juga harus mempunyai kepribadian yang baik karena sebagai pendidik guru harus bisa memahami karakter anak yang beragam. Guru juga harus profesional dalam mengembangkan kurikulum tersebut sehingga guru dapat mengemas suatu pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk anak.

Jika dilihat pada pembagian generasi, ada beberapa fakta tentang generasi alpha:

  • Penamaan alpha dibuat berdasarkan alfabet yang dipilih karena generasi yang lahir sebelumnya telah menggunakan nama genersi Z
  • Anak-anak dari generasi milenial (Gen Y)
  • Sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir setiap minggu di dunia
  • Jumlahnya akan mencapai 2 miliar pada 2025
  • Sejak lahir mereka sudah hidup di dunia dengan perkembangan teknologi yang pesat (screen everywhere) yaitu dunia yang sudah mengenal instagram dan Ipad (keduanya diluncurkan pada 2010)
  • Alpha secara budaya merupakan percampuran antar-ras dari kedua orang tua
  • Mereka kurang terikat pada sejarah keluarga
  • Alpha lahir di era teknologi, mereka merasa teknologi adalah bagian dari hidupnya
  • Alpha akan lebih sedikit berinteraksi secara tatap muka dan lebih banyak melalui teknologi
  • Mereka adalah dan akan terus menjadi gamer yang bersemangat
  • Sebagian besar dari mereka akan memiliki karier dan pekerjaan yang tidak ada saat ini

Ada empat macam pola asuh anak yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut:

  1. Otoritatif, seimbang antara tuntutan dan dukungan
  2. Otoriter, tinggi tuntutan namun tidak ada dukungan
  3. Permisif, rendah tuntutan namun tinggi dukungan
  4. Neglectful, tidak ada tuntutan maupun dukungan

Jangan lupa anak-anak yang dihadapi sekarang ini adalah golongan alpha. Maka beberapa tips dalam menghadapi generasi tersebut adalah sebagai berikut.

  • Membangun koneksi 30 menit yang berkualitas dengan anak setiap hari
  • Mengajarkan bersyukur, teknologi itu tidak murah
  • Mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari belajar, adversity
  • Tidak mudah memberikan apa yang anak minta
  • Batasan mendidik anak generasi alpha 

Demikian hasil Diklat parenting yang saya ikuti, semoga ada manfaatnya bagi pembaca. Terima kasih! (*)

No comments:

Post a Comment