Breaking

Saturday, March 23, 2024

TAHAP EKSPLORASI KONSEP MODUL 1.1 CALON GURU PENGGERAK

Ki Hajar Dewantara

Mari kita lebih mendalam mengenal konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan merenungkan beberapa refleksi berikut ini:

 

PENGANTAR

Implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" bagi pendidik mencakup menjadi teladan yang inspiratif bagi murid-murid, membangun semangat belajar dan pengembangan diri di dalam dan di luar kelas, serta memberikan bimbingan serta dukungan yang berkelanjutan kepada siswa-siswa agar dapat mencapai potensi maksimal mereka.

 

Melalui memberikan contoh yang baik, memotivasi semangat belajar, dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan, pendidik dapat mewujudkan visi Ki Hajar Dewantara dalam membentuk generasi yang berintegritas, mandiri, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

 

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA SEJAK ZAMAN KOLONIAL HINGGA KINI

Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini Bagian yang menarik dari video tersebut adalah runtutan sejarah mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada mulanya pensisikan pada zaman kolonoal yang membatasi akses pendidikan bagi rakyat Indonesia.

 

Tujuan pendidikan pada saat itu masih sangat pragmatis yang hanya demi kepentingan pihak-pihak tertentu, terutama adalah pihak kolonial dan kelompok-kelompok khusus saja. Setelah Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, baru memunculkan dasar filosofi baru mengenai pendidikan di Indonesia. Pendidikan dilaksanakan lebih visioner dengan landasan filosofi kemerdekaan.

 

Sehingga semua rakyat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak demi kehidupan seutuhnya sebagai insan manusia yang mandiri. Persamaan yang mendasar pada sistem pendidikan era kolonial dan era sat ini adalah belum meratanya manfaat pendidikan bagi rakyat Indonesia.

 

TANGGAPAN REFLEKTIF

Dalam konteks perkembangan pendidikan di Indonesia, dari zaman kolonial hingga perubahan yang diinisiatif oleh Ki Hajar Dewantara melalui lembaga pendidikan Taman Siswa, terjadi transformasi yang signifikan. Pada masa kolonial, pendidikan diatur secara terpusat dengan tujuan mencetak tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan pemerintah kolonial Belanda.

 

Namun, dengan kehadiran Ki Hajar Dewantara dan pendirian Taman Siswa pada tahun 1922, terjadi perubahan paradigma. Dewantara memperjuangkan pendidikan yang merdeka dan berbasis kearifan lokal, yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dan kemandirian individu.

 

Melalui Taman Siswa, Dewantara memperluas akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya yang kurang beruntung, serta menekankan nilai-nilai moral dan patriotisme. Harapannya adalah agar pendidikan tidak hanya menghasilkan individu yang terampil secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, kemandirian, dan rasa cinta tanah air.

 

KERANGKA PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Dalam pidatonya di Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Ki Hajar Dewantara mengutip Serat Sastra Gending karya Sultan Agung dari Kerjaan Mataram untuk mengilustrasikan pentingnya pendidikan sebagai fondasi bangsa yang kuat. Beliau menekankan bahwa pendidikan harus mempersiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kebijaksanaan, keberanian, dan semangat untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa.

 

Dengan mengutip karya Sultan Agung, beliau menyuarakan pentingnya pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual, tetapi juga moral dan karakter. Pidato ini mencerminkan visi beliau dalam membangun sistem pendidikan yang merdeka, inklusif, dan berbasis nilai-nilai kebangsaan.

 

ASAS PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

Ki Hajar Dewantara mengembangkan konsep pendidikan yang melampaui sekadar mengajar, tetapi juga mendidik secara holistik. Baginya, pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kemampuan individu untuk berkontribusi pada masyarakat.

 

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya memahami kebutuhan, minat, dan potensi unik setiap siswa, serta memberikan pendekatan yang inklusif dan berpusat pada siswa dalam proses belajar mengajar. Relevansinya terletak pada pengakuan akan pentingnya mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang berbudaya, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

 

DASAR DASAR PENDIDIKAN YANG MENUNTUN

Dalam konsepnya, Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa anak-anak memiliki potensi yang masih perlu ditemukan dan dikuatkan melalui pengalaman sosial dan budaya. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya memperkaya pengalaman anak dengan nilai-nilai budaya lokal dan pengalaman sosial yang memperkuat identitas mereka. Konsep ini menyoroti pentingnya lingkungan sosial dan budaya dalam membentuk individu yang kokoh secara psikologis dan moral.

 

Dengan memperkuat identitas dan nilai-nilai kodrat anak melalui pengalaman sosio-kultural, Selanjutnya seluruh siswa akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kedalaman makna, kemandirian, dan keberanian untuk menghadapi tantangan kehidupan.

 

KODRAT ALAM DAN KODRAT ZAMAN

Ki Hajar Dewantara (KHD) memandang bahwa dasar pendidikan anak haruslah berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman agar relevan dengan kebutuhan masa kini. Pendidikan harus memperhatikan kodrat alamiah anak, yakni potensi bawaan yang dimilikinya, serta kondisi zaman di mana anak tersebut tumbuh.

 

Hal ini menekankan perlunya pendidikan yang tidak hanya mengajarkan materi kurikuler, tetapi juga memperhatikan perkembangan fisik, mental, dan emosional anak secara holistik. KHD menyadari bahwa pendidikan yang relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman akan lebih mampu membentuk individu yang siap menghadapi tantangan dan menjadi bagian yang aktif dalam dinamika masyarakat.

 

Oleh karena itu, pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman serta mendorong anak-anak untuk mengembangkan potensi alamiah mereka secara optimal.

 

BUDI PEKERTI

Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti tidak hanya terbatas pada perilaku, tetapi juga melibatkan pemahaman dan pengalaman yang mendalam. Konsep ini mencerminkan bahwa pendidikan yang holistik harus menggabungkan pengembangan kognitif (cipta), afektif (karsa), dan psikomotorik (karya) pada setiap aspek pembelajaran.

 

Artinya, siswa tidak hanya belajar untuk memahami konsep, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai, sikap, dan emosi yang baik, serta mampu mengaplikasikannya dalam tindakan nyata. Dengan demikian, implementasi konsep ini tidak hanya menciptakan siswa yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas yang kuat, kemandirian, dan kreativitas untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

 

INTERPRETASI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Pendidikan tidak boleh dipisahkan dari aspek kebudayaan, karena keduanya saling terkait dan mempengaruhi. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan yang efektif haruslah mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan kearifan lokal.

 

Melalui pendidikan yang berbasis budaya, siswa dapat mengembangkan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, sekaligus memahami dan menghargai keberagaman dalam masyarakat.

 

Dengan demikian, konsepsi ini membawa dampak positif dalam memperkuat identitas budaya, membangun kesadaran akan pluralisme, serta mempersiapkan generasi muda untuk menjadi warga negara yang berbudaya dan bertanggung jawab.

 

PENUGASAN (REFLEKSI DIRI)

Penugasan bisa dilihat melalui link berikut ini

https://drive.google.com/file/d/1-KIVIoIhGvrTLORU7biAnkk1056dhhmg/view?usp=drive_link


Atau scan barcode QR berikut ini:


PENUTUP

Refleksi diri saya sebagai seorang pendidik tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) menghadirkan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang merdeka, inklusif, dan berpusat pada siswa. Melalui pemikiran KHD, saya memahami bahwa pendidikan tidak hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kemandirian individu.

 

Saya merenungkan bagaimana saya dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan belajar yang memperkaya pengalaman siswa dengan nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan kebutuhan dan potensi unik mereka, serta memotivasi mereka untuk berkontribusi pada masyarakat.

 

Refleksi ini akan mendorong saya untuk terus meningkatkan praktik mengajar saya, mengintegrasikan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh KHD, dan menginspirasi siswa untuk menjadi individu yang berbudaya, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai dengan visi besar pendidikan yang diwariskan oleh KHD.

 

Keterangan:

Tulisan ini hanya sebagai bahan referensi, bukan rujukan utama dalam menjawab.

 

Pada akhir refleksi ini, kita perlu menyadari bahwa sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk masa depan generasi muda. Dengan memperkuat komitmen dan dedikasi dalam mengikuti jejak Ki Hajar Dewantara, kita yakin bahwa melalui upaya nyata dan integritas dalam mengajar, kita dapat menjadi agen perubahan yang memberikan dampak positif bagi siswa dan masyarakat. (*)

No comments:

Post a Comment