Breaking

Saturday, November 21, 2020

GUGON TUHON: PENGERTIAN, JENIS, DAN CONTOHNYA

CONTOH GUGON TUHON


Pada kesempatan ini mari kita belajar mengenai gugon tuhon, yaitu salah satu kazanah bahasa dan sastra Jawa yang berupa ungkapan. Gugon tuhon mirip dengan beberapa bentuk ungkapan lain dalam kazanah bahasa dan sastra Jawa, karena perkembangannya juga disampaikan secara lisan. Sifat lisan yang dimiliki oleh perkembangan ungkapan adalah disampaikan melalui tuturan dari mulut ke mulut, bahkan bisa melintasi batasan generasi dan membentuk suatu tradisi dan budaya.

 

PENGERTIAN GUGON TUHON

Gugon tuhon terdiri atas dua kata yaitu gugon dan tuhon. Secara bahasa kata gugon tuhon berarti sebagai berikut:

  • Gugon berasal dari kata gugu yang artinya dipercaya dengan apa adanya tanpa ditelaah atau diteliti terlebih dahulu.
  • Tuhon berasal dari kata tuhu yang berarti sesungguhnya.


Maka gugon tuhon bisa diartikan sebagai berikut.

  • Gugon tuhon bisa diartikan sebagai bentuk kata kerja yaitu sikap yang gampang percaya kepada suatu perkataan atau cerita yang disampaikan oleh orang lain karena dianggap memiliki petuah.
  • Gugon tuhon bisa diartikan sebagai bentuk kata benda yaitu perkataan atau cerita yang dianggap memiliki petuah.

 

JENIS DAN CONTOH GUGON TUHON

Gugon tuhon dalam arti kata benda atau tembung aran bisa dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut.

 

Gugon Tuhon Salugune atau Apa Adanya

Gugon tuhon salugune adalah gugon tuhon yang dipercaya apa adanya setelah diucapkan oleh orang lain. Berikut ini contohnya:

  • Aja mangan koredan mundhak ing tembe entuk jodho randha (bisa suwalike : dhudha).
  • Aja mangan brutu mundhak gunemane mencla-mencle.
  • Aja mangan tlampik, mundhak ditampik dening wanita (bisa suwalike : priya).
  • Aja mangan gedhang dhempet, mundhak tembene nduwe anak kembar utawa dhampit.

 

Gugon Tuhon Berisi Wasita Sinandi atau Teka-Teki

Gugon tuhon berisi wasita sinandi atau teka-teki adalah gugon tuhon yang berisikan teka-teki bagi orang yeng mendengarkannya. Berikut ini contohnya:

  • Aja lungguh ing ngarep lawang, mundhak wong sing nglamar mbalik.


Seseorang yang duduk di depan pintu akan menghalang-halangi atau membuat orang lain yang mau lewat menjadi bingung. Sehingga orang yang mau lewat tidak jadi atau orang yang duduk di depan pintu menjadi masuk angin.

  • Aja lungguh ana ing bantal, mundhak wudunen.

Orang yang duduk di atas bantal itu tidak sopan dan membuat bantal menjadi kotor.

  • Aja ngidoni sumur, mundhak lambene guwing.

Air liur seseorang yang dibuang ke sumur bisa mengotori air sumur yang fungsinya untuk bersih-bersih.

  • Aja kudhungan kukusan, mundhak dicaplok baya.

Kukusan itu tempat untuk menanak nasi yang mudah rusak yang sebaiknya tidak untuk mainan.

  • Aja nglungguhi sapu, mundhak dicokot lintah.

Sapu adalah alat untuk bersih-bersih, sehingga tidak baik ketika diduduki karena bisa saja masih ada kotorannya.

  • Barang sing diwenehake aja dijaluk maneh, mundhak timbilen.

Meminta kembali barang yang sudah diberikan itu tidak baik, karena agama mengajarkan seseorang untuk menjadi dermawan.

  • Bocah wadon wing wis prawan, yen wayahe rep aja dolan, ora ilok.

Seorang perempuan yang sudah remaja tidak baik keluar malam karena banyak godaan.

  • Menawa mangan aja disangga, ora ilok.

Makan sebaiknya ditaruh di meja, kalau dipegangi pakai tangan takutnya jatuh.

  • Aja mangan karo ngadeg, mundhak wetenge dadi dawa.

Sebaiknya seseorang makan dengan mengutamakan tata krama, karena makan dengan berdiri itu tidak sopan dan bagi kesehatan kurang baik untuk pencernaan.

  • Bocah wadon aja lungguh jigang, ora ilok.

Secara norma kesopanan duduk dengan menekuk kaki itu kurang baik.

 

Gugon Tuhon Berisi Wewaler atau Larangan

Gugon berisi wewaler atau larangan adalah gugon tuhon yang dipercaya sebagai larangan untuk tidak dilakukan berdasarkan pengalaman leluhur atau masyarakat terdahulu. Berikut ini contohnya:

  • Putra wayahe Panembahan Senapati yen mangsah yuda ora kena nitih titihan batilan.
  • Wong ing Banyumas ora kena lelungan ing dina Setu Pahing.
  • Wong ing Kendal ora kena nggawe omah gedhong.
  • Wong ing Kudus kang mapan ing wetan kali ora kena bebesanan karo wong kang manggon ing kulon kali.
  • Wong ing Bagelan ora kena nganggo iket utawa jarit.


Gugon tuhon yang berupa wewaler biasanya merupakan larangan yang berkembang di masyarakat tertentu. Semua itu dipercaya karena dahulu kala para leluhur pernah melakukan wewaler itu dan mendapatkan hal yang tidak mengenakkan atau membahayakan. Sehingga untuk menghindari bahaya seluruh keturunannya dilarang untuk melakukan perbuatan itu kembali.


Kota Ponorogo adalah salah satu kota budaya yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Masyarakat kota Ponorogo mempercayai beberapa gugon tuhon berisi wewaler atau larangan. Berikut ini contohnya:

  • Di Desa Jabung jika membeli dawet jangan diambil dengan lepeknya, karena jika lepek itu dilepaskan oleh pnjualnya, maka pembeli harus memperistri penjual dawet tersebut.
  • Masyarakat Desa Golan tidak boleh menikah dengan masyarakat di Desa Mirah, karena adanya perseteruan antara Ki Ageng Mirah dan Ki Honggolono di zaman dahulu.
  • Para pemimpin di kota Ponorogo tidak boleh berkunjung ke daerah Dloka karena di situ dipercaya sebagai tempat meninggalnya Ki Ageng Kutu Surya Alam.


Demikian pembahasan mengenai gugon tuhon, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari melestarikan bahasa dan sastra Jawa sebagai warisan budaya bangsa. (*)

1 comment: