Breaking

Thursday, July 2, 2020

SIMBOLIK BUSANA RADEN WERKUDARA

Simbolik Busana Bima

Raden Anoman atau Raden Werkudara. Kedua kesatria itu memiliki kesamaan, yaitu sebagai saudara tunggal Bayu. Raden Anoman adalah kesatria titisan Bathara Bayu pada zaman Ramayana yang mengabdikan diri kepada Prabu Rama Wijaya sebagai titisan Bathara Wisnu, sedangkan Raden Werkudara adalah kesatria titisan Bathara Bayu pada zaman Mahabarata yang mengabdikan diri kepada Prabu Kresna sebagai titisan Bathara Wisnu.

Pada cerita wayang Semar Boyong, Raden Anoman bertanya kepada Raden Werkudara mengenai pakaian yang dipakainya sebagai tanda sungguh-sungguh saudara tunggal Bayu. Raden Werkudara dapat menjawab dengan lancar perangkat pakaian yang digunakannya, antara lain pupuk emas serupa tulang asam, sumping sekar pudhak sinumpet, sengkang balibat manggis, kalung nagabanda, gelang candrakirana, kuku pancanaka, dan dodot poleng bang bintulu.

Wauta; Raden Werkudara, inggih Risang Arya Bratasena, arsa tindak dhateng Ngastina; tuhu pantes ngrasuk kepraboning kaprajuritan, apupuk jaroting asem, dayanira ayem santosa ing budi; ukel pudhak sategal, asor ngarsa luhur ing wuri, mangka pralambang sabarang kang ginayuh luhur wekasane; abinggel candrakirana, candra rembulan, kirana sorot, padhang sarana ayem, pranyata Raden Werkudara, panggalih teteg ateguh timbul, akuku pancanaka, kuku wus ngarani, panca lima, na wening, ka karep, pranyata Raden Arya Werkudara, dayaning pancadriya wus kawengku, samukawis karsanira, kukuh wus ngarani; ireng, abang, kuning, putih; ireng langgeng, ateges lulus panggayuhing kamulyan; abrit rosa dhateng panggayuhing kasampurnan; kuning nuwuhaken pepenginan dhateng sedya kautamen; pethak suci sedaya kang kinarsakaken; ngegem porong sirahing naga pangririman; sarwi mateg aji dandung bandawasa, prakosa jati wisesa, ngirup ing bayu pepitu, kaosan ing arcapada wus kagulung dados satunggal, tindaknya mawa prabawa maruta, suku tan ngambah bantala, sindhung riwut bayu bajra haliwawar, lakon, sawarsa kalampahan sadina teka, ing sakala tindak, blas, kadi kilat (Poedjosoedarmo, Soepomo, dkk, 1986: 101).

 

Terjemahan bebas:

Tersebutlah, Raden Werkudara, yang juga bernama Risang Arya Bratasena, akan pergi ke Ngastina, sangat cocok berbusana kebesaran kaprajuritan, berpupuk terasnya asam, yang menyebabkan sentosanya budi, gelung rambut bertipe pudak setegal, artinya rendah di depan dan tinggi di belakang, ini menandakan bahwa apa yang diinginkan berakhir dengan keluhuran, bergelang candrakirana, candra berarti bulan dan kirana berarti sinar, jadi berarti terang benderang menyebabkan tenteram dan senang, memang Raden Werkudara, hatinya tetap kuat teguh sentosa, berkuku pancanaka, kuku yang lima, na berarti bening, ka berarti kemauan, memanglah Raden Werkudara berkat penguasaannya kepada kelima pancaindera maka sembarang yang ia kehendaki dikehendakinya dengan teguh kuat; hitam, merah, kuning, putih, hitam berarti langgeng, berarti lulus mencapai apa yang diidamkan tentang kemuliaan; merah berarti kuat bersemangat di dalam usahanya mengusahakan kesempurnaan, kuning menimbulkan cita-cita untuk mencapai kautaman, putih berarti suci akan segala apa yang dicita-citakan; mengenakan hiasan porong berbentuk kepala naga pangririman, yang menyebabkan apa saja yang ia katakan semuanya akan berisi (bertuah), apa yang dikehendaki akan menjadi kenyataan, apa yang dia pikirkan terjadi; dengan mencipta aji kesaktian bandung bandawasa, yang benar-benar perkasa dan kuasa, dengan menghirup ke tujuh bebayu, maka segala kekuatan dunia telah dirangkumnya menjadi satu, maka lalu berjalanlah dengan perbawa angin, kaki tak menyentuh tanah, berdesis dan ributlah angin topan, perjalanan yang seharusnya berlangsung satu tahun ditempuh dalam satu hari sudah selesai, dan pada waktu berjalan, blas bagaikan kilat (Poedjosoedarmo, Soepomo, dkk, 1986: 102).

Perangkat pakaian Raden Werkudara memiliki makna sesuai dengan penuturan dalang dalam bentuk pocapan maupun ginem

  • Pupuk emas rineka jaroting asem menunjukkan Raden Werkudara memunyai perilaku yang halus seperti jarot asem yang halus. 
  • Sumping sekar pudhak sinumpet menunjukkan Raden Werkudara bisa menjaga nama baik atau keharuman nama seperti sekar pudhak yang berbau wangi. 
  • Sengkang balibar manggis menunjukkan Raden Werkudara memunyai kejujuran atau hati dan perbuatan sama seperti buah manggis yang memiliki jumlah kelopak sama dengan biji. 
  • Kalung nagabanda menunjukkan Raden Werkudara memiliki kekuatan melebihi kekuatan raja ular. 
  • Pelat bahu dan gelang candrakirana menunjukkan Raden Werkudara bisa memberikan pencerahan untuk orang yang menderita kesusahan. 
  • Kuku pancanaka berasal dari kata panca berarti lima naka itu kuku, yaitu menunjukkan Raden Werkudara sebagai satria paling kuat di antara kelima saudaranya. 
  • Dodot poleng bang bintulu yang berwarna hitam, merah, kuning, dan putih sebagai perlambang manusia memunyai empat nafsu yaitu aluamah, amarah, sufiah, dan mutmainah. (*)

No comments:

Post a Comment