Breaking

Monday, June 8, 2020

KELULUSAN, ANTARA SUSAH DAN SENANG?

Belajar Menyenangkan

Bagaimana rasanya jika dinyatakan lulus? Wah senang sekali tentunya. Betilkan seperti itu yang Anda rasakan jika sudah menerima pengumuman kelulusan sekolah. Rasa senang itu muncul karena telah menyelesaikan berbagai macam persyaratan yang wajib dipenuhi agar terwujudnya kelulusan itu.

Namun hal yang berbeda saya rasakan ketika lulus kuliah dulu. Kelulusan antara senang dan susah atau di balik senang dan susah? Tinggal Anda suka yang mana. Yaps, ada dua dimensi yang dirasakan oleh seseorang dalam nuansa kelulusan sekolah yaitu antara susah dan senang.

 

KENAPA HARUS SENANG ATAS KELULUSAN?

Senang atas kelulusan, sudah pasti. Saya secara tidak sengaja membaca status kelulusan siswa saya yang menyatakan deg-degan menunggu kelulusan bersama orang tuanya. Ketika pukul 00.01 setingan pengumuman kelulusan melalui Whatsapp saya buka, dia langsung merasa plong atau lega! Terasa sangat berbahagia karena hasil kerja keras mereka selama ini telah terbayarkan dengan adanya status lulus.  

 

KENAPA HARUS SUSAH ATAS KELULUSAN?

Susah atas kelulusan apakah ada? Saya belajar teori refleksi sastra di kuliah S1 dulu. Refleksi itu tidak hanya satu arah itu yang saya yakini. Beberapa faktor yang membuat sesorang akan susah ketika dinyatakan lulus.

  1. Berpisah dengan guru dan teman yang dikasihi.
  2. Tidak ada kesempatan untuk memperbaiki nilai di jenjang itu, jika masih ada nilai yang dianggap kurang dan akan terkenang dalam tulisan rapor, ijazah, atau transkrip nilai.
  3. Mungkin tidak akan mendapatkan uang saku bagi yang lulus kuliah.
  4. Harus berpikir sangat jauh ke depan apa yang harus dilakukan, karena itu masih menjadi rahasia akan masa depan kita.

 

PESAN KEPADA SISWA

Menurut saya tidak perlu kita merasa bersedih dan juga tidak boleh terlalu bersenang-senang. Menurut nasehat orang Jawa, hidup itu harus ‘samadya’, artinya sesuai takaran atau secukupnya. Kita boleh senang sebagai ungkapan kebahagiaan atas hasil jerih payah kita dalam belajar. Kita juga harus bersedih sebagai bentuk pengendalian diri atau keprihatinan akan langkah apa yang harus diambil di masa depan. Berikut ini puisi Jawa atau geguritan yang berisi nuansa kelulusan sekolah. Jangan lupa dibaca ya!

 

PEPISAHAN

 

pepisahan, satembung sing gawe atiku tansah bingung

prasasat kasaputing mendhung

linglung kapiluyu tanpa bebayu

cetha lamun wus sawetara taun anggonku srawung

antarane siswa lawan guru

manut tebane wektu

mung kandheg samene jalaran pepisahan

 

pepisahan, iki dudu pepisahan

mung saderma laku kang kudu mbokluru

anempuh pacobaning urip apadene sawernaning lelara

dakjaluk bisa nambahi kandeling tekadmu

angudia ngelmu kang satuhu

ngelmu kang linambaran laku

yekti bakal wimbuh santosa bagya mulya

 

                                    Surabaya, 8 Juni 2020

 

TERJEMAHAN BEBAS

Perpisahan adalah sebuah kata yang selalu membuat hatiku bingung. Ibarat kata seperti tanpa arah tergulung oleh gumpalan awan. Lupa akan segalanya hanyut dalam anganan sehingga terlihat lumpuh tanpa kekuatan. Sejarah sudah menunjukkan kalau sudah beberapa tahun saya menjalin hubungan atau bersosialisasi antara siswa dan guru. Berdasarkan batasan waktu (3 tahun menuntut ilmu) hanya sekian dan harus ada perpisahan.

 

Perpisahan hanya cukup sebuah kata yang tidak bisa memisahkan hubungan antara siswa dan guru. Sesungguhnya ini hanya usaha yang wajib kamu tempuh. Usaha yang penuh dengan cobaan hidup serta berbagai macam sakit. Saya ingin itu semua bisa menambah kuta tekadmu dalam menuntut ilmu. Berusahalah menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, karena hakikat ilmu bisa diperoleh dengan usaha yang keras. Sesungguhnya orang berilmu akan menambah keteguhan lahir dan batin, kebahagiaan, dan kemuliaan.

 

Selamat dan sukses bagi yang sudah lulus, terus berusaha menjadi yang terbaik pada setiap kesempatan. Matur nuwun! (*)

No comments:

Post a Comment